Mobil bekas Rumah dijual

BREAKING THE LIMIT

BREAKING THE LIMIT

(By Darmadi Darmawangsa)



ADA pepatah yang mengatakan bahwa selalu ada batas dalam kehidupan ini, namun jika Anda belum menemukan batas optimum itu berarti Anda belum mengetahui batasan tersebut. Suatu penelitian mengatakan bahwa rata-rata manusia hanya mengunakan kurang dari 10% kemampuan otaknya. Penelitian lain mengatakan bahwa setiap hari otak manusia melakukan proses pemikiran lebih dari 25,000 kali namun sayangnya kita lebih sering menggunakan otak kita hanya untuk menyelesaikan pekerjaan rutinitas setiap hari.

Roger Bannister seorang pelari asal Inggris adalah seorang yang bukan hanya ingin mengetahui batasannya namun juga ingin melampaui batasan yang dibuat orang. Pada tahun 1954, tidak seorangpun yakin bahwa seorang manusia mampu menembus waktu lari dibawah 4 menit untuk jarak satu mil. Para dokter membuat suatu analisa bahwa jika seorang pelari berusaha menembus batas waktu tersebut, paru-parunya akan hancur dan jantungnya tidak mampu berdenyut lebih cepat lagi untuk melampaui waktu tersebut. Bannister ingin membuktikan bahwa dia mampu menembus batasan tersebut. Dengan memakai tehnik menaruh 4 pelari masing-masing pada setiap jarak seperempat mil. Ternyata usahanya tidak sia-sia, Bannister mampu menembus batasan manusia dengan catatan waktu 3 menit 59.6 detik. Seminggu setelah itu, ada 37 pelari mampu berlari di bawah catatan 4 menit. Dan dalam satu tahun setelah Bannister berlari di bawah 4 menit, lebih dari 300 orang telah berlari di bawah rekor 4 menit. Saat ini rekor dipegang oleh pelari asal Morroco, Hicham El Guerrouj dengan catatan waktu 3 menit 43.13 detik atau lebih cepat 16 detik dari catatan waktu Bannister. Demikian juga Eamon Coghlan mampu mengalahkan catatan rekor Bannister, dengan waktu 3 menit 58.15 detik, pada usia 41 tahun dan beberapa pelari SMA mampu berlari lebih cepat dari Bannister. Bahkan seorang dokter memprediksikan bahwa pada tahun 2034 nanti, akan ada seseorang yang mampu menembus batas waktu 3 menit 30 detik. Can You Believe It?

Johny Weismuller adalah aktor tampan yang lebih sering dikenal sebagai julukan Tarzan. Kepiawaiannya di layar perak bermula dengan kemampuannya memecahkan berbagai rekor renang. Tercatat lebih dari 53 rekor Amerika dan 17 rekor dunia suatu catatan rekor yang pasti mendapatkan decak kagum pada jamannya. Weismuller adalah perenang pertama di dunia yang mampu berenang jarak 100 meter di bawah catatan waktu satu menit. Bahkan pada jamannya, seorang wartawan pernah mengatakan bahwa selama dunia ini ada, tidak akan ada yang pernah mampu mengalahkan Johny Weismuller. Namun rekor Weismuller yang ditorehkannya pada tahun 1936 bukanlah sesuatu yang hebat pada jaman ini, terbukti pada Olimpiade Munich 1976, rekor terbaik Weismuller hanya menjadi rekor preliminari yang harus dilewati para perenang agar dapat ikut bertanding. Bahkan di jaman sekarang, rekornya mampu dipecahkan oleh gadis yang berumur 13 tahun.

Jika seseorang mempunyai keinginan yang mengebu-gebu (desire) seringkali tidak peduli dengan batasan yang ditetapkan oleh orang lain (intelligent ignorance). Zig Ziglar mencetuskan bahwa desire adalah sesuatu yang membedakan antara prestasi rata-rata dengan prestasi juara. Namun seringkali kita lebih mirip dengan karakteristik seekor kutu. Jika Anda mengambil seekor kutu dan memasukannya ke dalam toples tertutup, lama kelamaan kutu itu akan melompat hanya pada ketinggian tutup toples saja. Pada suatu saat ketika Anda membuka tutup toples, kutu itu tidak mampu lagi lompat melebihi tutup toples karena dia telah dikondisikan untuk melompat dengan ketinggian yang menurut dia maksimum.

Hal yang paling menakutkan jika kita telah merasa menemukan batasan-batasan palsu yang diakibatkan baik oleh pengalaman sebelumnya yang belum tentu benar pada saat ini atau percaya dengan ucapan orang lain. Anda memakai batasan itu untuk menjustifikasi ketidak-mampuan Anda. Janganlah membuat batasan abadi dalam hidup kita, buatlah batasan-batasan sementara agar kita dapat terus berusaha mencapai hal yang terbaik. Janganlah kita mudah percaya terhadap apa yang dikatakan orang lain, namun ujilah kebenarannya dengan memberikan yang terbaik dalam hidup ini. Kurek Ashley, pembicara motivasi asal Chicago mengatakan,” You cannot live by yesterday’s standards and expect aextraordinary results today.” (Anda tidak dapat hidup dengan standar-standar kemarin dan mengharapkan hasil yang menakjubkan hari ini). Tepat sekali, seorang juara selalu memperbaharuhi target yang ingin dicapainya. Tiada hari tanpa adanya kemajuan, bersiaplah untuk selalu lebih memberikan yang lebih baik dari apa yang Anda miliki sekarang. Live life with passion!

SEDEMIKIAN KERASKAH HATI INI?

Di dalam perjalanan menuju kantor, saya terlelap menikmati sejuknya udara dalam bis. Tak terasa hingga kondektur bis membangunkanku untuk menagih ongkos, dengan mataku yang masih merejap kuulurkan sejumlah uang untuk membayar ongkos bis.

Dan ... samar mataku menangkap sosok seorang ibu setengah baya berdiri tak jauh dari tempatku duduk. Tapi, rasa kantuk dan lelah ku mengalahkan niat baik untuk memberikan tempat duduk untuk ibu tersebut.

Turun dari bis, baru lah sisi baik hati ini bergumam, "Andai saya berikan tempat duduk kepada ibu tadi, mungkin pagi hari ini keberkahan bisa kuraih". "Siapa tahu ridha Allah untuk ku di hari ini dari doa dan terima kasih ibu itu jika saja kuberikan tempat dudukku ..." Ah, kenapa baru kemudian diri ini menyesal?

Semalam dalam perjalanan pulang dengan kereta api, duduk di hadapan saya seorang bapak berusia 40-an. Lewat seorang penjual air minum kemasan, dan ia segera menyetopnya untuk membeli. Tangan kirinya memegang segelas air minum kemasan sementara tangan satunya merogoh-rogoh kantongnya.

Sesaat ia memperhatikan beberapa keping yang ia mampu raih dari bagian terdalam kantongnya, ternyata ... ia mengembalikan segelas air minum kemasan yang sudah digenggamnya kepada penjual air sambil menahan rasa hausnya.

Saya yang sedari tadi di depan bapak itu hanya bisa menjadikan serangkaian adegan itu sebagai tontonan. Tidak ada tawaran kebaikan keluar dari mulut ini untuk membelikannya air minum, meski di kantong saya terdapat sejumlah uang yang bahkan bisa untuk membeli dua dus air minum kemasan! Bayangkan, cuma 500 rupiah yang dibutuhkan bapak itu tapi hati ini tak juga tergerak?

Kemarin, sebelum Isya, juga dalam perjalanan pulang. Hanya berjarak 5 kilio meter dari rumah saya, saya melewati pemandangan yang menyentuh hati. Di pinggir jalan Terminal Cicahem, sekeluarga pemulung tengah menikmati penganan kecil

Suami, istri beserta dua anaknya itu tetap lahap meski yang mereka nikmati hanya sebungkus kue -entah pemberian siapa. Sempat langkah ini terhenti setelah tujuh atau delapan langkah melewati mereka, sempat pula saya berpikir untuk menghampiri keluarga itu untuk sekadar mengajak mereka makan.

Tapi ... bayangan ingin segera bertemu anak-anakku di rumah mengalihkan langkahku untuk meneruskan perjalanan. Padahal, dengan uang yang saya miliki saat itu, sepuluh bungkus nasi goreng pun bisa saya belikan. Apalagi jumlah mereka hanya empat kepala.

Dan kalau pun harus tergesa-gesa, toh semestinya saya bisa memberikan sejumlah uang untuk makan mereka malam itu, atau juga untuk makan esok hari.

Duh, kenapa kaki ini justru meneruskan langkah sekadar untuk memburu kecupan kedua putriku sebelum mereka tidur?

Pagi ini. Saya coba renungi semua perjalanan hidup ini. Ya Tuhan, sudah sedemikian keras kah hati ini? Sehingga tanpa rasa berdosa kulewatkan begitu banyak kesempatan berbuat baik.

Bukankah selama ini saya selalu berdoa agar Engkau memberikanku kemudahan untuk berbuat baik terhadap sesama?

Tetapi ketika Engkau berikan jalan itu, saya malah melewatkannya. Berikan kesempatan itu lagi untukku, Tuhan.

Menyembuhkan Luka Batin



MENYEMBUHKAN LUKA BATIN

(By Anthony Dio Martin)



Ada sebuah kisah inspiratif yang saya ambil dari buku pertama saya, Emotional Quality Management. Kisahnya begini.

"Ada sebuah kisah tentang sebuah rumah. yang kebetulan dihuni seekor monster yang menetap di ruang bawah tanah. Sang pemilik rumah tahu tentang kehadiran monster itu. Jika merasa terusik, monster itu akan keluar menjahati, mengganggu bahkan memangsa siapa pun yang ada di dalam rumah, kecuali pemilik rumah itu. Hal ini membuat si pemilik rumah menyatakan perang dengan si monster. Namun, monster itu tak pernah berhasil diusir keluar. Maka monster itu pun dikurung di ruang bawah tanah.

Tetapi, monster itu selalu mampu menemukan jalan keluar. Bertahun-tahun, monster itu selalu mengancam kehidupan pemilik rumah. Hingga akhirnya, pemilik rumah memutuskan untuk membiarkan monster itu naik, dan tinggal di ruang dalam. Ruang bawah tanah pun dihancurkannya. Monster itu, ternyata merasa tidak tahan terus-terusan tinggal di dalam rumah. Monster itu pun pergi....
Selamanya!"

Kisah di atas saya pakai untuk menggambarkan soal berbagai 'monster'
kepahitan, rasa sakit, luka ataupun kepedihan yang kita simpan terus-
menerus dalam diri kita.

Hikmahnya, selama tidak pernah diselesaikan, kepedihan itu akan terus-menerus menghantui dan mengganggu kehidupan kita. Itulah sebabnya, ada benarnya saat Milton Wrad, penulis buku The Brilliant Function of Pain (Fungsi Brilian dari Rasa Sakit), mengatakan, "Fearing pain, fighting pain, avoiding pain or ignoring pain, only increasing it. Flow with it". Artinya, ketakutan pada rasa sakit, melawan rasa sakit, menghindari rasa sakit dan mengelak dari rasa sakit hanya akan meningkatkan rasa sakit kita. Mengalirlah dengan rasa sakit itu. Hal ini terutama benar, khususnya kalau kita bicara soal rasa sakit emosional.

Setiap orang pastilah pernah memiliki luka emosional. Bagi segelintir orang, luka tersebut menjadi luka batin berkepanjangan. Namun, di pihak lain ada yang bisa memilih untuk tidak menjadi terhambat karena luka-luka tersebut.

Saya ingat, ada dua wanita yang pernah dilecehkan secara seksual oleh orangtuanya. Satunya hidup menderita dan mulai membenci semua laki-laki. Satunya lagi, bisa belajar memaafkan dan memulai lembaran hidup baru dengan lebih berhati-hati memilih pasangan.

Wanita yang kedua ini, bisa kembali menjalani hidupnya secara tegar. Saat ditanya, bagaimana filosofi hidupnya dan mengapa dia bisa bertahan, jawabnya sederhana, "Pain is inevitable. Suffering is optional." (mengalami rasa sakit itu lumrah, tidak akan terhindari. Tapi menderita itu adalah soal pilihan kita). Sebuah filosofi hidup
yang menarik.

6 Langkah

Nah, memasuki bulan Ramadan ini, ada baiknya juga jika kita menggunakan momen berharga ini bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus, melainkan juga untuk membereskan luka-luka pada diri kita. Secara psikologis, ada enam langkah proses penyembuhan luka batin yang bisa kita lakukan pada diri kita.

Pertama, identifikasi. Yakni mengidentifikasikan kembali isu-isu lama yang pernah membuat Anda terluka. Banyak orang enggan melakukannya, karena takut membangunkan 'monster' yang tertidur.

Namun, selama hanya ditimbun dan tidak diselesaikan secara tepat, maka monster ini akan terus-menerus mencari cara mengganggu kehidupan kita. Cara terbaik adalah menghadapinya dengan gagah berani dan sikap yang positif. Itulah sikap terbaik menghadapi luka-luka lama kita.

Kedua, kaitkan. Tanyakanlah pada diri Anda bagaimana luka-luka batin itu berpengaruh terhadap kehidupan Anda sekarang. Bagaimanakah hal itu mengganggu proses Anda sekarang. Kaitkan isu lama Anda dengan situasi yang Anda alami sekarang.

Biasanya luka batin serta pengalaman tak menyenangkan pada masa lampau memberikan pengaruh terhadap apa yang terjadi saat ini. Semakin banyak Anda terpengaruh, semakin Anda perlu membereskan.

Ketiga, pikirkan. Pikirkan apa yang mau diubah. Pikirkan pula, apa akibatnya bagi diri Anda jika hal tersebut dapat diubah dan diselesaikan. Pikirkan pula apa akibatnya jika ternyata Anda tidak mengubahnya sama sekali.

Keempat, afirmasi. Di langkah keempat ini, lakukanlah afirmasi terus-menerus kepada diri sendiri, bahwa Anda perlu, ingin serta memilih untuk berubah. Berlajarlah untuk mengatakan, "Luka ini menyiksaku, tetapi saya lebih kuat dan saya ingin menyelesaikan sehingga luka ini tidak lagi menghalangi hidupku", Ayo. Diriku lebih kuat dari luka ini." Saya tidak akan membiarkan luka ini mengganggu hidupku. Itulah pilihanku".

Kelima, ventilasi emosi. Di sinilah kita ditantang untuk memventilasikan emosi kita secara positif. Arti sederhananya, Anda perlu mencari cara untuk menyalurkan kemarahan tersebut secara sehat. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai aktivitas atau kegiatan seperti menulis diary, membagikan dengan orang lain, berbicara dengan seorang ahli, berolah raga, yoga, meditasi, dan masih banyak aktivitas lainnya.

Akhirnya, tahap keenam penyembuhan. Di sinilah kita mencoba melakukan proses penyembuhan baik secara mental maupun spiritual. Dalam tahapan ini, kita bisa membingkai ulang dengan memaknai secara berbeda apa yang terjadi ataupun mengganti kesan kita yang negatif soal luka itu, dengan pikiran positif.

Sebenarnya, hingga di langkah keenam ini, kita sudah menyelesaikan secara pribadi. Namun, jika diperlukan, langkah ini pun bisa dilanjutkan dengan menyelesaikan hal ini dengan penyebab luka batin Anda yang masih hidup.

Misalkan ada seorang anak dari istri pertama yang diusir keluar rumah oleh ayahnya, setelah ayahnya menikah dengan istri kedua. Hal ini menimbulkan luka batin cukup lama, tapi akhirnya setelah belajar proses di atas, dia bisa menelepon papa-nya dan mengatakan, "Papa, meskipun papa pernah usir saya dan saya terluka, saya mau bilang saya memaafkan papa hari ini." Bertahun-tahun kemudian, saat ditanya sahabatnya bagaimana dia mampu melakukannya, dia hanya berkata, "Saya menerima papa untuk menunjukkan bahwa diri saya lebih baik dari diri papa!"

Dalam kesempatan ini pula, mari kita belajar perlakukan luka batin kita dengan ramah. Lihat kembali luka itu, dan jangan ditolak. Belajarlah menerima kenyataaan dan perlakukan rasa sakit kita tersebut dengan ikhlas. Itu semua adalah pelajaran penting dalam hidup kita.

Hingga akhirnya, kita harus belajar mengatakan "Terima kasih luka batinku. Ini nggak nyaman tapi terima kasih. Kau sudah memberikan pelajaran penting bagi hidupku!". Pada akhirnya, semua luka batin yang tersembuhkan dalam hidup kita akan menjadi kebijaksanaan yang penting.

Itulah sebabnya orang mengatakan, "Wisdom is a healed pain". Begitulah. Rasa sakit dan luka batin yang telah disembuhkan, akan menjadi kebijaksanaan baru buat kita! Selamat menjalankan ibadah puasa dengan hati yang damai.